Memasuki Sebuah Dunia Baru Kehidupan Seksual Dan Reproduksi Perempuan Muda

Isu-Isu Utama
• Mayoritas perempuan muda di sebagian besar wilayah dunia, mulai aktif secara seksual pada umur belasan tahun. Proporsi kasarnya, di negara-negara Amerika Latin dan Karibia sekitar sentengah sampai dua pertiga, di negara-negara maju mencapai tiga perempat atau bahkan lebih, dan di berbagai negara Afrika Sub-Sahara lebih dari 9 dalam 10.
• Pada sebagian masyarakat, perempuan melakukan hubungan seks pada masa remaja karena mereka diharapkan menikah dan melahirkan anak pada usia muda. Pada masyarakat lainya, pernikahan biasanya dilangsungkan pada usia sedikit lebih tua, tetapi seks pra-nikah sudah biasa. Sebagian masyarakat dapat dipastikan sedang berada dalam masa transisi dari norma sosial yang satu ke yang lain.
• Terlepas dari norma yang mempengaruhi para perempuan muda usia, hubungan seksual yang dimulai pada usia belasan tahun mengandung risiko-risiko tertentu. Contohnya, para perempuan yang menikah pada usia muda sering tidak bisa banyak berbicara dalam pengambilan keputusan mengenai kesuburan dan kesempatan yang terbatas untuk mengenyam pendidikan atau ketrampilan kerja. Para permpuan yang hamil di luar nikah mungkin harus memutuskan apakah akan menggugurkan kandungannya atau tetap mengasuh anaknya di luar perkawinan. Perempuan, baik yang menikah maupun tidak, sangat rentan terhadap penyakit menular seksual serta perempuan yang sering melahirkan atau melahirkan pada usia muda berisiko melemah kesehatannya.
Perbaikan di bidang transportasi dan komunikasi membuka kesempatan bagi para pemuda, bahkan yang tinggal di daerah-daerah terpencil mengenal orang-orang dengan tradisi dan nilai-nilai kehidupan yang berbeda, walaupun dunia semakin urban dan industrialisasi menawarkan godaan kemajuan dan kesempatan. Tetapi, tanpa pendidikan dan latihan yang memadai, para remaja tidak akan mampu memenuhi tuntutan lingkungan pekerjaan moderen, dan tanpa bimbingan orang tua, masyarakat serta para pemimpin pemerintahan, para remaja mungkin tidak siap untuk menilai hasil dari keputusan yang diambil mereka.
Kendati demikian, di dunia berkembang, dimana kemiskinan luas dan berkepanjangan, sejumlah keluarga mungkin terpaksa menggagalkan pendidikan anak-anak kalau tenaga mereka dibutuhkan untuk membantu rumah tangga. Di sebagian besar negara, 70-100% anak-anak mendaftar di sekolah dasar, tetapi lamanya waktu yang digunakan untuk belajar di sekolah berbeda sekali. Umpamanya, sementara 80% perempuan muda di beberapa negara berkembang memperoleh pendidikan dasar, sekurangnya tujuh tahun masa belajar, tetapi di banyak daerah Afrika Sub-Sahara hanya 25% atau kurang dari itu yang memperoleh pendidikan serupa.

Pengumpulan Data
Jika para pembuat kebijakan dan perencana program akan membuat keputusan atas dasar informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan pendidikan, ekonomi dan kesehatan penduduknya, mereka harus mengantisipasi jumlah orang yang pada tahun-tahun mendatang akan berbagi-guna sumber-sumber negara dan apakah wilayah atau kelompok demografi tertentu kemungkinan akan meluas atau menyempit. Untuk itu mereka harus mengukur pola perilaku, dan karenanya sebagian besar negara-negara menggunakan sensus atau survai contoh berskala besar untuk mengumpulkan informasi mengenai perilaku kesehatan reproduksi, kesuburan perempuan, dan sebagian kecil lelaki dalam populasinya.
Pengumpulan data seperti itu merupakan dasar bagi laporan Institut Alan Guttmatcher “Into A New World: Young Women’s Sexual and Reproductive Lives” darimana ringkasan ini dipersiapkan. Laporan ini mengkonsolidasi data dari 53 negara, 47 negara berkembang dan 6 negara maju yang mewakili 75% populasi dunia.
Sementara sejumlah rintangan masa remaja sifatnya sama bagi semua remaja, masa-masa remaja lebih sulit bagi kaum wanita. Meskipun sebagian usia 10-19 baru mulai mengalami perubahan-perubahan yang datang bersama masa pubertas, banyak mulai mengalami hubungan seksual atau perkawanan. Dan setiap tahun, kira-kira 14 juta perempuan muda berumur 15-19 melahirkan. Melahirkan anak pada usia remaja di dunia berkembang adalah soal biasa, di mana proporsi yang telah melahirkan anak pertama sebelum umur 18 biasanya antara seperempat dan setengah (Grafik 1). Sebaliknya, di dunia maju, dan di sebagian kecil negara berkembang, kurang dari satu dalam 10 melahirkan anak pertama pada usia remaja.
Bagi seorang wanita, pernikahan awal dan, terutama, melahirkan anak, mempunyai pengaruh yang dalam dan berkepanjangan terhadap kesejahteraan, pendidikan dan kemampuan memberikan sumbangsih terhadap masyarakatnya. Begitupun, faktor-faktor kompleks, baik yang berupa fisik, maupun kekeluargaan dan kebudayaan yang sering kurang dipahami, menentukan siapa dan kapan seseorang akan menikah; siapa akan memulai aktivitas seksual pranikah, siapa akan mulai melahirkan pada masa remaja; dan siapa akan melahirkan di luar nikah. Data yang ada menunjukkan bahwa sementara kebutuhan dan pengalaman remaja berbeda di seluruh dunia namun ada persamaan yang terdapat di berbagai lintas nasional dan regional.

Waktu seks dan perkawinan berbeda
Perkawinan menandai sebuah transisi penting di dalam kehidupan individu, dan jadwal peristiwa itu dapat mendatangkan dampak yang dramatis terhadap masa depan seorang pemuda. Sementara di sebagian masyarakat pengalaman pertama seksual seorang perempuan kemungkinan dengan suaminya, di masyarakat-masyarakat lainnya permulaan aktivitas seksual tidak begitu erat hubungannya dengan perkawinan. Kebiasaan yang berbeda mengenai hubungan dan perilaku seksual, dan cara sebuah masyarakat mengadaptasi perubahan kebiasaan tersebut, dapat menimbulkan dampak yang dalam pada seorang pemuda, keluarganya dan masyarakatnya secara menyeluruh.
Di Asia, kemungkinan perkawinan awal berbeda sekali, 73% perempuan di Bangladesh memasuki kehidupan bersama sebelum usia 18, dibandingkan dengan 14% di Filipina dan Sri Langka, dan hanya 5% di Cina. Para wanita di negara maju tidak mungkin kawin sebelum usia 18; walaupun di Perancis, Inggris dan Amerika Serikat sebanyak 10-11% melakukannya, tetapi di Jerman dan di Polandia hanya 3-4% wanita semuda ini melakukannya.
Menunda perkawinan sampai masa remaja berfaedah bagi para wanita, tetapi juga membuat mereka rentan terhadap risiko tertentu. Seorang wanita yang menunda perkawinan mungkin dapat melanjutkan pendidikannya, mungkin bisa memegang peran yang lebih besar dalam memutuskan kapan dan dengan siapa dia akan kawin, dan mungkin akan mempunyai lebih banyak pengaruh terhadap apa yang terjadi dalam perkawinan dan keluarganya. Begitupun, besar kemungkinan dia akan terlibat dalam prilaku seksual pra-nikah, yang mengandung risiko tidak diinginkan dan terkena infeksi penyakit menular seksual (PMS). Dihadapkan pada kehamilan yang tidak diinginkan, seorang wanita yang tetap tidak menikah, harus memutuskan apakah dia akan memelihara anak di luar nikah tersebut atau melakukan pengguguran; di negara di mana pengguguran dilarang atau sulit diperoleh, banyak wanita akan melakukan pengguguran gelap.
Data survai menunjukkan bahwa proporsi ibu remaja yang belum ada rencana untuk beranak, berbeda di dalam dan di antara wilayah. Di Amerika Latin dan Karibia antara seperempat dan setengah para ibu muda mengatakan mereka melahirkan tanpa direncanakan; di Afrika Utara dan di Timur Tengah proporsinya dari 15 sampai 30%. Sekitar 10-16% kelahiran pada perempuan usia muda yang terdapat di India, Indonesia dan Pakistan tidak direncanakan dibandingkan dengan 20-24% di Asia selebihnya. Variasinya bahkan lebih besar di Afrika Sub-Sahara – dari 11-13% di Niger dan Nigeria sampai 50% atau lebih di Botswana, Ghana, Kenya, Namibia dan Zimbabwe. Sebagian yang cukup besar dari remaja yang melahirkan di negara-negara maju juga tidak direncanakan – misalnya, 66% di Amerika Serikat. (Anang Budiono/Dari Berbagai Sumber)