Tempat Penitipan Anak Dan Karir

Jubi – Kehadiran anak bagi pasangan suami istri dalam suatu keluarga merupakan suatu karunia yang tak ternilai harganya. Terkadang dalam satu pasangan rumah tangga yang belum mendapatkan keturunan merasah resah akan kehadiran buah hati mereka. Bahkan sering juga kita jumpai adanya pasangan suami istri yang berusaha mendapatkan anak dengan jalan mengadopsi atau mengasuh anak orang lain berdasarkan persetujuan mereka.

Bagi pasangan suami istri yang kedua-duanya meniti karier, pembagian waktu untuk mengurusi keluarga tentu merupakan suatu kendala yang cukup rumit. Untuk membina dan membesarkan seorang anak sejak balita peran orang tua, terutama sang ibu sangat besar. Perkembangan balita ini tentu akan selalu mengarah pada orang tuanya. Apa yang dilakukan orang tua akan bisa menjadi contoh bagi pertumbuhan prilaku sang anak. Terlebih dari itu, seorang ibu akan selalu membina dan mengayomi anaknya hingga bertumbuh menjadi anak cerdas dan dapat diandalkan masa mendatang.
Lantas, bagaimana dengan pasangan suami istri yang kedua-duanya bekerja? Walaupun sangat dimungkinkan untuk seorang ibu atau seorang bapak membawa anaknya ke tempat kerja, namun tentunya hal tersebut akan menjadi masalah, bukan saja bagi suami istri tersebut tapi juga lingkungan kerja suami istri tersebut. Apalagi jika anak-anaknya masih berusia dibawah lima tahun yang membutuhkan perhatian khusus. Memang biasanya suami istri yang bekerja memiliki pengasuh atau baby sitter untuk anak-anak mereka yang ditinggalkan saat bekerja. Namun saat ini berkembang salah satu jasa yang melayani penitipan anak yang tidak hanya berfungsi sebagai pengasuh balita tapi juga mendidik balita untuk mandiri. Jasa penitipan anak yang dikenal dengan Tempat Penitipan Anak (TPA) ini menjadi suatu alternatif bagi kalangan ibu-ibu yang sedang meniti karir.
Jeni Barkis salah seorang pengelola TPA yang ada di Jalan Trikora No 9 kompleks perumahan dosen, saat ditemui Jubi baru-baru ini mengungkapkan kalau animo masyarakat, terutama suami istri yang keduanya meniti karier saat ini semakin meningkat. Meningkatnya animo masyarakat inilah yang membuat Jeni memutuskan untuk mendirikan TPA.
Ibu yang akrab dengan anak-anak ini mulai membuka jasa penitipan sejak dua tahun lalu. Sebelumnya ia juga perrnah bekerja sebagai pengasuh anak-anak pada pada penitipan yang dikelola oleh Dharma Wanita Universitas Cendrawasih. Namun TPA yang dikelola oleh ibu-ibu Dharma Wanita ini kekurangan tenaga penagsuh sehingga akhirnya TPA tersebut terpaksa ditutup.
Dengan bermodalkan pengalaman tersebut dan beberapa pelatihan yang sempat ia ikuti selama dirinya masih berstatus sebagai pengasuh seperti pelatihan Perkembangan Psikologi anak, menu empat sehat lima sempurna dan sistim pendidikan luar sekolah (PLS) ia mulai merintis usaha TPA sendiri dan dibantu oleh anak-anaknya.
“Setelah penitipan yang dikelola Dharma Wanita ini berhenti cukup banyak para orang tua yang menelpon saya untuk menjaga anaknya.” jelasnya sambil menggendong seorang anak.
Saat itu dirinya merasa berat untuk menerima tawaran tersebut me
ngingat untuk menjaga seorang anak saja cukup berat. Apalagi harus membuka sebuah TPA tentu membutuhkan tenaga yang ekstra. Namun karena ibu-ibu yang pernah menitipkan anaknya terus mendesak, akhirnya tawaran tersebut diterimanya juga.
Dalam ruangan dengan ukuran sekitar 5 kali 5 meter yang cukup sederhana dimana hanya terdapat dua buah ranjang anak serta tikar-tikar, ibu Jeni mulai merintis usahanya. Ruangan ini juga sekaligus sebagai ruang tamu bagi orang tua yang hendak menitipkan anaknya.
Walaupun kondisi ruangan ini cukup kecil dan sederhana namun ibu-ibu yang menitipkan anaknya silih berganti datang sejak usaha ini dibuka dua tahun lalu.
“Sejak di buka mulai tahun 2006 hingga saat ini penitipan ini telah mengasuh cukup banyak anak. Sudah banyak yang telah keluar karena mulai masuk usia sekolah. Sekarang kami sedang mengasuh 14 anak yang berasal dari sekitar kompleks ini” ujar ibu Jeni sambil mengendong seorang anak yang baruh saja dititipkan orang tuanya.
Sebagian besar ibu-ibu yang menitipkan anak-anaknya di TPA tersebut berstatus PNS. Mereka pada umumnya sudah mengenal ibu Jeni sehingga tidak ragu untuk menitipkan anak-anak mereka.
“Penitipan ini sangat membantu kami agar bisa bekerja dengan baik di kantor. Selain itu pengalaman ibu Jeni dalam mengasuh dan mendidik anak sudah tidak ragukan lagi. Anak-anak yang didiknya cukup disiplin dan penurut.” ujar ibu Sustiani salah satu dari orang tua anak kepada Jubi.
Lanjutnya, dengan adanya penitipan semacam ini tugas sebagai pegawai dapat dilakukan tepat waktu. “Penitipan ini juga dimulai dari pagi hari hingga sore hari sehingga pada saat kita melakukan aktivitas dikantor kita tidak merasa terbeban akan keadaan anak kita.”
Selain itu perawatan-perawatan lainnya seperti memandikan anak maupun makanan sudah dilakukan di penitipan ini sehingga setiap sore anak-anak hanya tinggal dijemput saja.
Penitipan yang dikelola ibu Jeni memang cukup banyak membantu warga dilokasi ini sekalipun cukup banyak kendala yang masih mereka dapatkan serta kondisi dan peralatan yang masih sangat minim. permainan anak-anak yang masih sangat minim
“Permainan bagi anak-anak memang sangat penting, karena melalui permainan ini anak-anak akan mampu mencari kesibukannya sendiri. Terutama bagi anak-anak yang masih berumur dibawah 4 tahun. Dengan adanya permainan ini juga dapat mengarahkan perhatian dan banyak hal yang anak-anak dapatkan dari permainan tersebut.” jelasnya.
Anak-anak yang dititip pada penitipan ini bukan hanya sekedar dijaga dan diasuh saja namun juga diisi dengan kegiatan-kegiatan berhitung dan mengenal abjad. Sebab menurut ibu Jeni, penitipan anak tentu mempunyai peranan penting dalam penentuan karakter anak sehingga mereka harus mengetahui karakter dari masing-masing anak.
“Usia-usia balita ini merupakan fase yang sangat penting dalam mendidik dan mengarahkan anak. Pada umur-umur seperti ini mereka akan berusaha meniru apa yang orang lain lakukan, sehingga anak-anak ini butuh figure atau panutan yang baik agar nantinya mempunyai karakter dan pembawaan yang dapat lebih terarah.” jelasnya sambil mempersilahkan seorang pelanggannya masuk.
Ibu Jeni sangat memahami berbagai macam karakter anak. Menurutnya, ia selalu mengarahkan anak-anaknya yang bekerja dengannya untuk memberikan didikan kepada anak-anak yang dititipkan sesuai karakter masing-masing anak. Karena karakter masing-masing anak berbeda, ada yang nakal, suka rewel, ada yang pendiam sehingga perawatnya harus memahami karakter-karakter tersebut agar bia memberikan bentuk didikan yang pas bagi anak yang bersangkutan.
“Hal ini merupakan suatu faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendidik anak-anak karena mereka ini dikumpulkan dalam suatu ruangan. Jangan sampai diantara anak itu sendiri yang saling memperlihatkan contoh yang kurang baik pada teman-temannya.” tegas ibu Jeni.
Khusus bagi anak-anak yang hampir memasuki usia sekolah, perlu diberikan pengenalan-pengenalan angka maupun huruf agar saat memasuki usia sekolah tidak terlalu kaku atau merasa asing dengan lingkungan dimana anak tersebut bersekolah.
“Penitipan ini cukup diminati para warga dan kita akan berusaha membenahi beberapa kekurangan yang masih ada sekarang ini.” ujar ibu Jeni.
Untuk meningkatkan pelayanan TPAnya, Ibu Jeni telah berencana membenahi status dari TPAnya. Sebab menurutnya, meskipun saat ini sudah banyak yang menitipkan anak-anak mereka di TPAnya, TPAnya masih dikelola secara kekeluargaan. Pengelolaannya benar-benar masih bersifat kekeluargaan sehingga belum terorganisir. Ia akan membentuk TPAnya sebagai sebuah Yayasan agar lebih terorganisir dan lebih mendapat kepercayaan dari orang tua anak, terutama dalam penjagaan dan merawat anak .
Ia juga memahami bahwa untuk mendirikan suatu yayasan memang membutuhkan dana lebih tetapi mereka akan berusaha semaksimal mungkin dan bekerjasama dengan puihak-pihak lain sehingga penitipan ini mampu menampung lebih dari apa yang dilakukan sekarang ini, dan sekarang ini kita berjalan sesuai dengan apa yang ada sekarang ini.
Menurut Ibu Jeni Dengan pengelolahan penitipan dalam bentuk yayasan banyak kemudahan yang akan didapatkan. Misalnya saja masalah kesehatan, hal ini akan lebih terkontrol karna melalui yayasan kita mampu bekerjasama dengan pihak Posyandu dalam hal imunisasi, dimana kerjasama tersebut juga akan semakin meringankan beban orang tua anak. Selain itu keuntungan yang didapatkan adalah kesehatan anak-anak yang dititipkan dapat dikontrol secara teratur dan berkelanjutan.
Untuk menjaga kelancaran penitipan yang dikelolanya ada beberapa persyaratan yang harus disepakati dengan masing-masing orang tua anak, misalnya biaya penitipan selama 1 bulan setiap anak dibebankan sebesar 150.000. Untuk masalah konsumsi masing-masing orang tua anak sudah menyiapkannya dari rumah. Selain itu apabila ada anak yang mengalami gangguan kesehatan menurutnya hal ini langsung segera dikonfirmasikan kepada pihak orang tua yang bersangkutan untuk segera melakukan tindakan.
“Jadi setiap mendaftarkan seorang anak, alamat yang jelas serta nomor kontak orang tua tidak ketinggalan.” ujar Ibu Jeni (Yunus Paelo)